Shalat ‘latihan pulang’ kepada Allah


Dalam Al Quran bertebaran ayat-ayat yang menjelaskan Shalat, sebuah ibadat yang dianugerahkan kepada umat Nabi Muhammad ketika Miraj. Kewajiban shalat lima waktu yang nyaris kita lupakan karena sudah terlalu rutin. Rukun Islam kedua sesudah Syahadat yang sangat bermakna, syarat dengan nilai dan bisa dikatakan dalam perjalanan menuju Allah, menunggu kita masing-masing dipanggil, Shalat merupakan sebuah pelatihan pulang kepada Allah.
Shalat merupakan ibadat yang dimulai dari Takbir dan diakhiri dengan Salam dan tata caranya sudah ditentukan secara teliti oleh ayat-ayat Al Quran dan dipraktekan oleh Rasulullah.
Shalat adalah menghadap-Nya dengan tata cara dan waktu yang sudah ditentukan – meski ada beberapa keringanan dalam keadaan tertentu – namun semuanya merupakan sebuah proses gerakan dan bacaan.
Apabila gerakan fisik ini disertai dengan gerakan ruhiah maka Shalat ternyata sebuah Kekuatan yang Maha Dahsyat.
Sayyid Qutb dalam salah ungkapannya menjelaskan bahwa Shalat sebenarnya merupakan Silatun (komunikasi) dan Liqoun (pertemuan) dengan Shang Khaliq. Pendapat ini jelas terlihat dari penjelasan Al Quran mengenai Shalat.
Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (2:45-46)
Sabar dapat dimaknai dengan rasa ikhlas akan takdir yang sudah ditentukan, pasrah terhadap segala rencana Allah, menerima semuanya karena Allah, menyerahkan semuanya kepada Allah, tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah.
Shalat ternyata merupakan sebuah proses yang meyakini ketika berdiri dalam shalat sedang menghadap Yang Maha Perkasa, Yang Maha Besar yang apabila dirasakan akan menimbulkan keharuan, kedamaian,kebahagiaan dan mungkin tangisan sebagai rasa syukur bahwa Allah benar-benar hadir menerima ibadat kita.
Maka doa-doa yang dibacakan dalam shalat menjadi komunikasi yang hidup, menjadi interaksi antara hamba dengan Tuhan, kita dengan Allah, sebuah komunikasi yang terjalin sehingga tumbuh kelezatan iman. Sehingga rasanya ingin setiap ucapan keluar dari qalbu, diresapi maknanya dan berhenti, tumaninah untuk merasakan getaran-getaran Ilahi berupa ilham, berupa janji Allah memberikan ketenangan, kesejukan, tambahan iman dan menunggu respons yang datang.
Sehingga rasanya ketika shalat-shalat wajib terutama ditunaikan tidak lagi secepat kilat untuk menggugurkan kewajiban, tidak pula hanya bacaan dan gerakan namun seluruh jasmani dan ruhani ikut dalam Shalat ini. Karena yakin bahwa Shalat adalah “pertemuan” dengan Allah.
Barang siapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(29:5)
Rasanya shalat ini ingin lebih lama karena merasakan nikmat dan kebahagiaan tak terkira bertemu dan berinteraksi dengan Sang Maha Pencipta, Sang Maha Pemberi Rizki, Sang Maha Suci dan Maha Kasih Sayang. Inilah yang kemudian digambarkan dalam ayat-ayat Al Quran seperti Surat Maryam ayat 58.
Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israel, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. (19:58).
Shalat menjadi proses bukan menumpahkan semua keluh kesah namun sebuah ibadah yang membahagiakan dan apabila kemudian ayat-ayat itu membuatnya menangis, sungguh karunia yang sangat besar karena sesungguhnya getaran yang dirasakan itu merupakan sebuah nikmat dari Allah SWT. Ayat-ayat yang dibaca itu menjadi sebuah sarana komunikasi yang menghujam qalbu tidak hanya sampai lidah, menjadi penambah keimanan.
Apabila merasakan Shalat seperti itu maka waktu tidak menjadi sebuah hambatan, waktu terasa sangat cepat berlalu, rasanya ingin sekali berdiri, ruku, sujud dan bersimpuh duduk diantara dua sujud bermunajat, bertasbih, bertakbir, berdoa yang dilafalkan dengan seluruh jiwa, menyertakan jasmani dan ruhani, maka terasa sekali empat rakaat itu sangat nikmat.
Inilah yang disebut dalam Al Anfal bahwa ayat demi ayat yang didengar dan dibaca dalam Shalat dari hari ke hari semakin menambah Iman kepada Allah, Iman kepada semua rukun iman termasuk Iman kepada Qadha dan Qadar.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (8:3-4)
Gerakan dan bacaan mungkin beda, namun ruhiah yang ikut dalam shalat akan merasakan sekali bagaimana merespon bacaan dan doa yang dipanjatkan.
Kondisi Ruhiah inilah yang bisa membuat waktu tidak terasa, shalat empat rakaat bahkan sampai berlangsung lama bukanlah hal yang aneh. Lezatnya iman telah menyebabkan shalat tumaninah ini merupakan anugerah yang apabila tidak dirasakan dalam kehidupan ini sungguh sangat disayangkan, apabila salah satu nikmat Allah ini berupa lima kali shalat ini adalah sebuah ibadat yang Dahsyat dan Luar Biasa Pengaruhnya dalam perjalan menuju Allah.
Maka tatkala ruh kita dipanggil pulang, maka “latihan-latihan” dalam shalat ini akan menghantarkan dia dalam kebahagiaan. Dengan mengenal asma dan sifat-sifat Allah maka semakin akrab dan dekat dengan Allah, semakin shalat itu menjadi lebih bermakna. Maka mereka yang sudah melalui proses Shalat ini akan terhindar dari kemunkaran karena memang kedekatan dengan Allah yang akan mencegahnya.
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (29:45)
Seorang yang Shalat secara komprehensif sadar akan hasil Shalat. Ada hubungan antara pertemuan-pertemuan dan komunikasi dengan Allah dengan langkah-langkah sesudah Shalat. Bahkan rasanya ingin sekali setelah Shalat benar-benar khusyu bersimpuh duduk, berdzikir melanjutkan lezatnya berkomunikasi dengan Sang Pencipta.
Dan bagi mereka yang melakukan ibadat ini secara maksimal maka Allah menjanjikan sebuah kesuksesan.Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,yaitu orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya,(23:1-2).
Rasulullah SAW yang menekankan betapa pentingnya Shalat wajib ini ditunaikan dengan paripurna. Hadits dari Imam Tabrani dengan sanad yang baik dari Abd Ibn Qurd dengan kalimat; Amal seorang hamba yang pertama yang dihisab (dihitung amalnya oleh Allah) adalah Shalat, Allah melihat shalat seorang hamba, apabila shalatnya baik, maka baiklah amal-amal yang lain, apabila shalatnya tidak baik/cela, maka tidak baiklah amal yang lainnya.
Karena Shalat ini adalah dzikir yang utama maka sangat diprioritaskan untuk merasakan bagaimana komunikasi dengan Allah yang Maha Hidup ini terjalin.
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (20:14)
Dan rasa tersambung dengan Allah ini Insya Allah ingin penulis lanjutkan dalam seri selanjutnya. Wallahu’alam bishawab.


kumpulanmotivasipagi.blogspot.com