"Tidak ada yang mendebat tentang ayat-ayat Allah, kecuali orang-orang kafir. Karena itu janganlah engkau terpedaya oleh pulang balik mereka dari suatu kota ke kota yang lain" (Q.S. Al-Mukmin : 4) Hati kerap berbisik, memilih dan menentukan yang Haq dengan yang Bathil. Banyak dari kita yang mementingkan ego untuk sebuah kemenangan dan kepuasan. Jika kita mau jujur 'Keinginan untuk menang adalah kepuasan yang sulit terhenti'. Di dalam diri kita terdapat kota-kota yang salah satu negaranya kita sebut 'Negara Hati', jika kita beriman (yakin dan percaya) kepada Allah maka tidak ada yang perlu berubah dan diperselisihkan. Allahul Haq, Sang Pencipta Tunggal.. suarakan hati tentang hikmah dan kebenaran.

Ketika kita melihat pemandangan diluar jendela, kita akan menganggap bahwa terdapat suatu pemandangan diluar diri kita. Akan tetapi jika kita melihat cara kerja yang terjadi melalui penelitian ilmiah yang berkembang, kita akan menemukan sistem kerja yang terbalik dengan kesimpulan bahwa : Pengelihatan yang kita lihat tercipta didalam otak kita.

Dalam sebuah kutipan hadist dikatakan “engkau melihat dengan pengelihatan-Ku, engkau mendengar dengan pendengaran-Ku”.

Mata dalam hal ini bertugas mentransformasikan cahaya menjadi sinyal-sinyal cahaya melalui perantaraan sel-sel pada retina. Sinyal-sinyal ini mencapai pusat pengelihatan pada otak.
 
Rita Carter menjelaskan didalam bukunya ‘Mapping The Mind’ bagaimana kita menangkap dan merasakan dunia ini sebagai berikut :
"Masing-masing (dari organ pengindraan) ini dengan rumit menyesuaikan diri terhadap jenis rangsangan yang diterimanya, sebagai molekul, getaran atau gelombang. Namun jawaban tidak terletak disini, karena meskipun keragaman yang dimiliki begitu mengagumkan, tiap-tiap organ pada dasarnya memiliki tugas yang sama. Ia menterjemahkan suatu jenis rangsangan tertentu menjadi pulsa-pulsa listrik. Suatu pulsa adalah sama dengan suatu pulsa, ia bukanlah warna merah ataunit-not pertama dari simfoni kelima dari karya Beethoven. Ia adalah secuil energi listrik. Sungguh bukannya membeda-bedakan masukan sensoris satu sama lain, organ-organ pengindraan ini justru membuat masukan-masukan sensoris tadi lebih menyerupai .
Semua rangsangan sensoris memasuki otak dalam bentuk yang kutrang lebih tak begitu berbeda sebagai suatu untaian pulsa listrik yang ditimbulkan oleh penembakan urat-urat syaraf, dengan model domino, disepanjang suatu rute tertentu. Inilah semua yang terjadi tak ada transformator balik yang pada suatu tahapan tertentu membalik aktifitas listrik ini kembali menjadi gelombang cahaya atau molekul. Apa yang membuat salah satu untaian menjadi gambar dan untaian lainnya menjadi bau, agaknya tergantung pada syaraf-syaraf mana yang dirangsang".

Dengan kata lain perasaan, persepsi dan pemikiran kita tentang dunia ini (pengelihatan, pendengaran, penciuman, dsb) tersusun dari materi yang sama yaitu sinyal-sinyal cahaya, kemudian otak kitalah yang menterjemahkan sinyal-sinyal cahaya yang kita terima ini menjadi penginderaan (pengelihatan, pendengaran, penciuman, pergerakan, dsb.) tergantung pada bagian syaraf mana yang dirangsang dan dalam hubungannya dengan syaraf-syaraf lain.

Agaknya inilah yang dimaksud didalam qitab al-Hikam Ibnu Atho’alloh aliy askandariy disebutkan tentang ilmu yang diperoleh oleh orang-orang majzubien, yaitu orang-orang yang dialiri oleh kekuatan daya tarik Haq adalah sebagai berikut :  
 
“Haqiqat ilmu yang nyata, jelas, singkat, dan setelah itu menjadi kenyataan yang nyata dan terang. Apabila dikatakan dan dibacakan olehnya, ikuti apa yang dibacakannya, dan dia sendiri yang akan menerangkan serta menjelaskan apa yang dibacanya”
 
Dimensi manusia adalah bagaimana memproyeksikan segala hal dan sesuatu dalam pengembalian kepada Kekuasaan Sang Maha Pencipta. Bagaimana menjadikan yang diluar menjadi di dalam, dan yang didalam menjadi yang diluar. Gambaran keserasian dan keselarasan antara yang dzahir dan yang batin adalah bagaimana kita menjadikan niat sebagai sebuah gerak sebagai tanda ketaatan, dan menjadikan gerak dalam niat sebagai sebuh keyakinan. 

Apa yang diketahui manusia dari tiadanya menjadi ada…
Dimana keberadaan manusia dari tiadanya menjadi ada…
Untuk apa manusia ada dari tiadanya menjadi ada…
Serta amanat apa yang di emban manusia dari tiadanya menjadi ada…
Manusia tiada mengingat semata-mata karena ketiadaannya…
Manusia mengingat semata-mata atas keberadan-Nya…
Manusia ada dalam ketiadaan…
Ketiadaaan simbol keberadaan suatu keadaan…
Rasa sering kali membawa rasa…
Manusia sering lupa dari mana keberadaan rasa itu…
Dari tiada…
Menjadi ada…
Manusia tiada berada dalam suatu keadaan…
Malainkan ia dari keadaan itu…
Seperti tiada…
Dalam keadaan…


kumpulanmotivasipagi.blogspot.com