Ayo..Menjadi Lebih Baik di Tahun 2011

Sebentar lagi, kita akan mengakhiri tahun 2010 dan menyongsong tahun 2011. Meninggalkan segenap perbuatan yang telah diperbuat dengan sejuta harapan dan permasalahan. Kadang  memberi warna positif , kadang memberi warna negatif.  Seorang muslim yang jujur dengan komitmen keislamannya, hendaknya dari waktu ke waktu berusaha meningkatkan derajat (value) dirinya, terutama dalam keimanan dan ketaqwaan. Hari esok harus lebih baik dari sekarang dan masa lalu.
Untuk menggapai tujuan ini, diperlukan sebuah sarana / washilah, sebagai jembatan menuju yang lebih baik di tahun 2011. Kebaikan yang mencakup keseluruhan aspek kehidupan; yakni ibadah, mendidik anak, berkah rumah tangga, pendidikan, pekerjaan, dan urusan lainnya. Sarana /washilah itu bisa kita uraikan sebagai berikut:
#1. Menghadirkan Pengakuan Banyaknya Dosa
Kesalahan terbesar manusia dalam hidupnya manakala ia merasa sudah banyak beramal, sempurna dan tidak berdosa. Sikap ini tentunya harus dihindari, karena salah satu ciri seseorang yang akan diwarisi surga baginya tatkala ia  merasa kurang dan banyak dosa. Rosululloh sebagai orang yang sempurna pun setiap harinya beristighfar minimal 100 kali, ibadahnya luar biasa, bahkan kakinya bengkak karena sholat tahajud.
Merasa banyak dosa dan memperbanyak istighfar merupakan salah satu cara menuju kehidupan yang lebih baik di kemudian hari. Dengannya akan menjadi solusi setiap permasalahan hidup. Saat seseorang mengadu problem hidupnya kepada imam Hasan al-Basri, misalnya belum dikarunia anak, tanah kering karena tidak hujan, dan lain-lain, sang imam selalu memberi solusi ‘perbanyaklah istighfar!’. Kenapa sang imam memberi solusi itu? karena Alloh-lah yang menyampaikan rumus tersebut, sebagaimana terdapat dalam QS Nuh 10-12.
“Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu’, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmusungai-sungai’.
#2. Membuka Diri Menerima Nasehat Orang Lain
Tidak akan maju seseorang yang dalam hidupnya menutup diri dari nasehat orang lain. Biasanya kita kurang cerdas mendeteksi atau mengevaluasi kekurangan diri sendiri dibandingkan orang lain. Untuk itu, jadikanlah nasehat orang lain sebagai sarana untuk memacu diri ke arah yang lebih baik.
Pentingnya menerima nasehat orang lain untuk proses perbaikan diri, bisa kita lihat dari beberapa kisah sahabat di zaman rosulullah. Salah seorang sahabat dipuji rosul di hadapan sahabat lainnya dengan sebutan ‘hamba yang paling baik’. Hati sahabat tersebut berbunga-bunga karena menerima pujian rosul. Namun rosul melanjutkan perkatannya sebagai nasehat penting buat sahabat itu dengan mengatakan, ‘Hamba terbaik kalau seandaikan engkau rajin sholat tahajud’. Maka sejak saat itu, sahabat tidak pernah meninggalkan tahajud, karena ia menerima nasehat rosul.
Begitu pula saat seorang anak yang sedang makan dengan tangan kiri, rosul menasehati, “Wahai anak, sebutlah Alloh, makanlah dengan tangan kanan, dan makan yang dekat denganmu. Sang anak itu pun menerima nasehat nabi dengan tidak melakukan kesalahan itu lagi di kemudian hari. Umar bin Khatab sangat mengapresiasi orang yang memberi tahu kekurangan dirinya, “Sungguh semoga Alloh memberi rahmat kepada yang menghadiahkan aku kekurangan”.
#3. Menghadirkan Kerinduan Terhadap Lingkungan yang Baik
Sarana ketiga untuk menjadi lebih baik adalah dengan menghadirkan lingkungan yang baik buat diri dan keluarga. Seseorang tidak sholeh bukanlah karena ia tidak mau sholeh, namun biasanya karena lingkungan yang tidak mendukung. Untuk itu menciptakan lingkungan yang sholeh patut dilakukan oleh setiap individu.
Seorang ayah sangat berharap anaknya menjadi anak yang sholeh. Namun jangan harap hal itu terwujud kalau suasana rumah tidak kondusif menciptakan anak yang sholeh. Anaknya dibiarkan saja  menonton TV yang tidak mendidik, anak jauh dari alunan ayat al-Quran, kurang mengenal sholat dan mesjid, serta menyekolahkan anak ke institusi yang minim pendidikan islam.
#4. Menyikap Permasalahan Secara Proporsional
Hidup selalu dihadapkan dengan permasalahan. Dan adakalanya masalah akan kian banyak dan runyam tatkala menyikapi permasalahan itu secara tidak proporsional. Seorang bijak mengatakan, “Peraslah jeruk sehingga menjadi minuman manis. Semula asam lalu dikasih gula, sehingga menjadi minuman yang menyejukkan dan bermanfaat”.
Orang yang cerdas adalah orang yang mampu mengubah kekalahan menjadi kemenangan, mengubah kesedihan menjadi kebahagiaan, dan mengubah musibah menjadi keberkahan. Rosulullah diusir untuk hijrah dari tempat kelahiran mekah, tidaklah disikapi sebagai sesuatu kekalahan, namun sebagai sebuah kemenangan. Dengan hijrah, komunitas muslim semakin kuat dan pada akhirnya mampu merebut kembali kota Mekkah. Begitu pula banyak ulama-ulama besar, mereka bisa menghasilkan karya luar biasa untuk peradaban manusia, saat mereka terkurung dalam penjara, terkungkung dalam sumur tua, terusir dari kota kelahiran, bahkan ada yang lumpuh secara fisik.
Menghadapi tahun 2011, mari kita kobarkan semangat dan cita-cita menuju kehidupan yang lebih baik buat diri, keluarga dan orang-orang yang dicintai. Kalau tidak sekarang, mau menunggu sampai kapan?. Bukankah kita selalu menyaksikan, betapa banyak orang yang kita kenal dipanggil ke hadapan-Nya dengan beragam cara. Kematian bisa datang kapan saja. Inilah momentum yang tepat untuk mengeavaluasi dan menata hidup lebih baik di tahun mendatang. Menggapai hidup yang sesuai dengan kehendak dan ridho Alloh, sehingga kita siap dipanggil kapan dan di mana saja.
“Dikutip dari khutbah Jum’at, 24 Desember 2010, Mesjid Darussalam Kota Wisata Cibubur, Narasumber: Ustadz Ahmad Khusyairi Suhail, M.A.


kumpulanmotivasipagi.blogspot.com