Dimana Allah?

Dimana Allah?
Jika dijawab “Allah di atas Arsy” atau “Allah di langit”, maka benar. Dan ini bukan hanya jawaban budak perempuan dan ulama yang mumpuni. Bahkan ini jawaban Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Lalu Allah bersemayam di atas ‘Arsy.” [Al-A’raaf: 54]. Juga dalam ayat lain: “ Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas ‘Arsy.” [Thaahaa: 5]. Ini pula pernyataan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam:
“Apakah kalian tidak mempercayaiku, sedangkan aku dipercaya oleh Allah yang ada di atas langit?” [Muttafaqun 'Alaihi]
Jika dijawab “Sesungguhnya Allah itu dekat” maka ini pun benar. Sesuai dengan firman Allah Ta’ala yang artinya:
“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepadaKu.” [QS. Al-Baqarah: 186]. Namun maksud qoriib (dekat) dalam ayat ini bukan Dzat Allah, namun ilmu-Nya. Dalilnya adalah sehingga lanjutan ayat yg artinya “Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepadaKu“. Ini menunjukkan bahwa dekatnya Allah dalam hal kekuasaan Allah untuk mendengar setiap doa manusia dan mengabulkannya, dan ini adalah ilmu Allah. Dalil lain adalah sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam:
“… Sesungguhnya Allah Yang engkau berdo’a kepada-Nya, lebih dekat kepada seseorang di antara kamu daripada leher binatang tunggangannya.” [Muttafaqun'alaih]
Sekali lagi dalam dalil ini mengaitkan sifat Dekat Allah dengan doa. Maka jelas, yang dimaksud dekatnya Allah bukanlah Dzat-Nya.
Dan ini bukanlah ta’wil, bahkan merupakan tafsir dari ayat, yang artinya:
“Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia istiwa’ (bersemayam) di atas Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersamamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” [Al-Hadiid: 4]
Dan dijelaskan oleh para ulama, bahwa ma’iyah (kebersamaan) di sini bukan berarti Dzat Allah menyatu atau menempel dengan makhluqnya. Hal ini ditunjukkan dari sisi bahasa, sebagaimana perkataan dalam bahasa arab yang artinya ‘musafir berjalan bersama bulan’ maka tidak berarti ia menyatu dengan bulan. Hal ini juga telah menjadi ijma ulama (dan ijma adalah dalil) bahwa ma’iyatullah tidak melazimkan bersatunya Dzat Allah dengan makhluq-Nya.
Ringkasnya, tidak ada pertentangan antara dalil-dalil yang menunjukkan Allah itu di atas Arsy dan yang menunjukkan Allah itu dekat.
Ana kutipkan perkataan Syaikh ‘Abdurrahman as-Sa’di (salah seorang ulama mumpuni): “Apa yang telah dituturkan Al-Qur-an dan As-Sunnah, bahwa Allah dekat dan bersama makhluk-Nya, tidaklah bertentangan dengan yang Allah firmankan, bahwa Allah Mahatinggi dan bersemayam di atas ‘Arsy, karena tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam segala Sifat-Sifat-Nya. Dia Mahatinggi dalam kedekatan-Nya, tetapi dekat dalam ketinggian-Nya” (at-Tanbiihaatul Lathiifah (hal. 63-66)
Wallahu’alam.


kumpulanmotivasipagi.blogspot.com